Perubahan irama iklim yang terjadi semakin sulit diramalkan, kondisi semacam ini secara langsung maupun tidak langsung berdampak pada perubahan perilaku organisme yang berkembang di pertanaman padi.
Ketidaknormalan iklim ini berakibat pula pada meningkatnya gangguan oleh berbagai organisme pada tanaman padi. Kondisi musim kemarau dengan curah hujan yang masih tinggi membuat peluang besar terhadap berkembangnya organisme pengganggu tumbuhan.
Hama wereng batang coklat, penggerek batang padi kuning dan tikus masih menjadi hama utama, karena serangannya sering menyebabkan tanaman padi menjadi puso. Juga yang harus diwaspadai kemungkinan serangan penggerek batang, blast dan kresek.
Kementerian Pertanian sejak awal tahun memang sudah mengingatkan kemungkinan tingginya intensitas serangan hama akibat kemarau panjang yang cenderung basah sebagai dampak El Nino. Pemerintah melalui Badan Litbang Kementerian Pertanian mengingatkan petani akan adanya potensi ledakan serangan hama atau Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) padi.
Anomali cuaca bisa menyebabkan gangguan terhadap budidaya padi. Musim kemarau basah yang terjadi hampir sepanjang tahun itu memicu potensi serangan hama atau OPT.
Untuk itu diharapkan para petani lebih cermat dan teliti dalam memantau sawahnya. Pemantauan yang cermat menjadi deteksi dini terhadap munculnya hama di sawah sehingga petani bisa melakukan upaya pengendalian hama dengan baik. Upaya mencegah terjadinya serangan hama akan jauh lebih baik dibandingkan menanggulangi bila sudah terjadi ledakan serangan hama.
Petani juga diharapkan memperhatikan aplikasi pemupukan dengan tetap menerapkan pemupukan berimbang, yaitu berimbang tidak hanya unsur NPK saja tapi berimbang secara unsur makro dan unsur mikro (umak-umik). Ingat selalu konsep teknologi PIKAT (Pengelolaan Intensif Kesuburan Alami Terpadu) NASA. Pemupukan yang baik akan membuat tanaman kuat menghadapi risiko serangan hama dan penyakit.
Langkah-langkah yang dapat ditempuh untuk mengurangi serangan hama dan penyakit tanaman padi di musim kemarau, meliputi :
- Penggunaan varietas unggul tahan hama penyakit dan tekanan / hambatan lingkungan.
- Penerapan teknik budidaya yang mampu mengendalikan Hama Penyakit Tanaman (HPT) dan penggunaan pupuk organik.
- Peramalan terhadap serangan hama penyakit.
- Pengendalian OPT secara biologis.
- Memacu penggunaan pestisida botani.
Perbaikan Teknik Budidaya
Penerapan teknik budidaya meliputi ; penataan pola tanam dan sistem tanam, dan pengaturan jarak tanam dan pemupukan dapat menekan perkembangan HPT. Pengaturan pola tanam dalam setahun (tumpang gilir) dengan tanaman yang berbeda HPT-nya, diharapkan dapat memutus siklus hidup dari HPT. Dengan bertanam secara campuran (mixed cropping) effisiensi lahan dapat ditingkatkan, risiko kegagalan dapat dikurangi, sehingga pendapatan petani dapat ditingkatkan.
Penggunaan pupuk organik (pupuk kandang, pupuk hijau dan kompos) sebagai pelengkap dan penyeimbang pupuk buatan, selain mensuplai unsur hara juga berfungsi untuk memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Pemberian pupuk organik dapat meningkatkan kapasitas menahan air, sifat penyangga (buffer) tanah dan meningkatkan mikroorganisme dalam tanah yang berguna bagi tanaman.
Peramalan Terhadap Serangan Hama dan Penyakit
Peramalan terhadap serangan hama penyakit untuk mengetahui dinamika populasi HPT yang dapat digunakan sebagai dasar dalam menentukan cara pengendalian HPT. Pengendalian HPT berpedoman pada ambang kendali dimaksudkan untuk menentukan saat pengendalian HPT secara tepat, memberikan hasil yang maksimal dan menghemat penggunaan pestisida.
Pengendalian Hama dan Penyakit secara Biologi
Secara alami tiap spesies memiliki musuh alami (predator, parasit dan patogen) yang dapat dimanfaatkan untuk pengendalian hama tanaman. Peningkatan penggunaan pestisida hayati dengan bahan aktifnya jasad renik penyebab penyakit hama khususnya serangga akan mengurangi ketergantungan terhadap insektisida kimiawi. Sebagai contoh pestisida hayati dalam produk NASA adalah Natural BVR bahan aktif Beauveria bassiana. Natural GLIO bahan aktif Gliocladium dan Trichoderma, dan Corrin berbahan aktif Phaenibacillus polymyxa.
Penggunaan Pestisida Botani
Pestisida botani atau pestisida alami bahan aktifnya berasal dari berbagai produk metabolik sekunder dalam tumbuhan. Misal Rotenon dari akar tuba (Derris eliptica) dan Azadarachtin dari Mimba (Azadirachta indica). Pestisida botani memiliki beberapa keunggulan yaitu tidak mencemari lingkungan, masa aktif residu lebih pendek, mudah dilaksanakan dan murah. Mekanisme kerja pestisida botani ini bersifat racun kontak, racun perut maupun bersifat sistemik. Pestisida botani berfungsi sebagai zat pembunuh, penolak, pengikat dan penghambat pertumbuhan OPT, misal Pestona dan Pentana.
Baca juga :
Cara Mudah Budidaya Seledri
Cara Budidaya Wortel
Tips Agar Cabai Lebih Tahan Hama dan Penyakit